Baca Juga

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari,masyarakat selalu membutuhkan adanya Pemimpin. Sedangkan didalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau Kepala Keluarga. Dan tentunya disebuah Negara ada Presidennya. Ini semua menunjukkan betapa pentingnya kedudukan Pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang kecil maupun yang besar.
Dari pengantar diatas terasa dan terbayang sekali betapa dalam pandangan terhadap “pemimpin” yang mempunyai kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar.
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak study dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan.
Belakangan ini, agar bisa berorientasi pada pelanggan, organisasi membutuhkan pemimpin yang bersedia melayani. Para pemimpin harus memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan internal (para karyawan) sehingga akan berdampak kepada pelayanan prima yang didemonstrasikan oleh para pelanggan internal kepada para pelanggan eksternal. Sayangnya gaya kepemimpinan yang melayani kurang diminati oleh kebanyakan praktisi bisnis. Gaya kepemimpinan yang melayani lebih banyak digunakan di organisasi sector public dan pemerintah.
B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
2.    Adakah teori-teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
3.    Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
4.    Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang sejati?
5.    Bagaimanakearifan lokal dengan kepemimpinan?

C.  Tujuan Penulisan
Penulis mempunyai beberapa tujuan dalam pembuatan dan penulisan makalah ini. Adapun tujuannya sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui peran pemimpin.
  2. Untuk mengetahui seberapa pengaruh kearifan lokal dg kepemimpinan
D.  Manfaat Penulisan
1. Untuk memberikan informasi tentang  pemimpin yang melayani.
2. Untuk memberikan informasi tentang pemimpin yang sejati

BAB II
METODE PENULISAN

A.    Metode Penulisan
Metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan dan menyelesaikan makalah ini antara lain:
1.      Metode Pustaka
Metode penulisan dengan cara  membaca buku referensi di perpustakan kampus dan perpustakaan umum yang ada disekitar.

BAB III
PEMBAHASAN

Para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami Hakikat Kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sbb:
1.    Tanggung Jawab, bukan Keistimewaan
Ketika seorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu Lembaga atau Institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggung jawabkannya. Bukan hanya dihadapan manusia, tapi juga dihadapan Alloh. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan, sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain  tidak mengistimewakan dirinya.

2.    Pengorbanan, Bukan Fasilitas
Menjadi Pemimpin atau Pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam Anggaran Belanja Negara atau Propinsi  dan tingkatan yang dibawahnyna terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.

3.    Kerja Keras, bukan Santai
Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimis.

4.    Melayani, bukan Sewenang-wenang
Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus mempunyai visi-misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tiidak ada keinginan sedikitpun untuk membohongi rakyatnya, apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat, atau kepenntingan rakyat, padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga, atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalm kehidupan kita, maka ini adalah penghianat yang paling besar.

5.    Keteladanan dan  Kepeloporan, bukan Pengekor
Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika  seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan, bukanlah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.
Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain:
a)      Latar belakang sejarah Pemimpin dan kepemimpinan
    Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin  dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa.
b)      Sebab-sebab munculnya pemimpin
Ada beberapa sebab seorang menjadi pemimpin, antara lain
a.  Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi seorang pemimpin.
Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan, kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Teori-teori dalam kepemimpinan pada umumnya menunjukkan perbedaan karena setiap  teoritikus mempunyai segi penekanannya sendiri yang dipandang dari aspek tertentu.
Berikut dibawah ini merupakan Teori-Teori dalam Kepemimpinan:
1.    Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut, timbul anggapab bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat diitentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseoranga dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri didalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
  • Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,       obyektivitas, pragmatism, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan
  • Sifat Inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi,naluri lerevensi, keteladanan,ketegasan,keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integrative;
  • Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, ketrampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

Walaupun Teori Sifat memiliki barbagai kelemahan ( antara lain: terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah uno,, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung di dalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, cirri atau perangai pemimpin justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2.    Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu  kelompok kea rah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a.    Konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderunbg mementingkan bawahan memiliki cirri ramah-tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkkan, menerima usul, dan memikirkan kesejahteraan bawahan, serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pela kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b.    Berorientasi keppada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua, yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi, yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.
3.    Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh cirri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan factor waktu dan ruang. Factor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
a)      Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
b)      Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
c)       Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
d)      Norma yang dianut kelompok;
e)      Rentang kendali;
f)       Ancaman dari luar organisasi;
g)      Tingkat stress;
h)      Iklim yang terdapat pada organisasi

Efektifitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan siri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a.    Model Continuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihaddapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, cirri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Cirri kepemimpinan yang menonjol disini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.

b.    Model “Interaksi Atasan-Bawahan” .
Menurut model ini, efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interakksi  yang terjadi antara  pemimpin dan bawahannya dan sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seseorang akan menjadi Pemimpin yang efektif apabila:
  1. Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik 
  2. Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi. 
  3. Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c.     Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah:
a)      Memberitahukan
b)      Menjual
c)       Mengajak bawahan berperan serta
d)      Melakukan pendelegasian
d.    Model “Jalan-Tujuan”
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu mneunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan factor motivasional bagi bawahannya.
e.     Model “Pemimpin-Peran sera Bawahan”
Perhatian utama model ini adalah prilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputuusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukkan bentuk dan tingkat pperan serta bawahan dalam mengambil keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi  dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.

Pemimpin yang Melayani
Menurut teori tentang memimpin yang melayani dimulai sejak tahun 1970, ketika R.K.Greenleaf (1904-1990) menulis sebuah essay yang berjudul “The Servant as Leader”. Essay tersebut dikembangkan oleh Greenleaf menjadi sebuah buku yang diterbitkan tahun 1977 berjudul “Servant Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness”. Ide mengenai pemimpin yang melayani ini diperoleh Greenleaf tahun 1960-an ketika membaca novel karya Herman Hessee,”Journey to the East”.
Greenleaf (2000) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan alami untuk melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran seseorang ingin memimpin. Greenleaf (2002) mendifinisikan pemimpin yangn melayani adalah seorang pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhann dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya dann komunitasnya dan karenanya ia mensahulukan hal-hal tersebut dibandingkan dengan pencapaian ambisi pribadi atau pola dan kesukaannya saja.
Impiannya ialah agar orang yang dilayani tadi akan menjadi pemimpin yang melayani juga. Greenleaf (2002) menekankan, bila seseorang ingin menjadi pemimpin yang efeketif dan berhasil, ia harus lebih dulu memiliki motivasi dan hasrat yang besar untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dalam hal ini, pemimpin harus mampu mendorong pengikutnya untuk mnecapai potensi optimalnya.
Menurut Larry C. Spears (1995), mengacu pada pemikiran Greenleaf, terdapat karakteristik seorang pemimpin maupun calon pemimpin yang ditunjukkan dari sikap dan perilaku pemimpin tersebut, yang dipaparkkan pada list berikut :
1.    Kesediaan untuk menyimak ( Listening)
Biasanya seorang pemimpin dinilai berdasarkan kemampuannya dalam berkomunikasi dan mengambil keputusan. Kemampuan ini juga penting bagi pemimpin yang melayani, pemimpin ini perlu dikuatkan dengan komitmen yang kuat untuk mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh. Pemimpin yang melayani mencoba untuk mengidentifikasikan keinginan dari sebuah kelompok dan membantu mengklasifikasikan keinginan tersebut, dengan cara menyimak.
2.    Kuat dalam Empati (Empathy)
Pemimpin yang melayani berusaha untuk mengerti dan berempati dengan oranglain. Manusia perlu untuk merasa diterima dan diakui atas semangat mereka yang khusus dan unik.
3.    Melakukan pemulihan-pemulihan (Healing)
Salah satu kekuatan terbesar seorang pemimpin yang melayani adalah  kemampuannya untuk melakukan pemulihan bagi dirnya sendiri maupun orang lain.
4.    Penyadaran/peningkatan kesadaran (awareness)
Kesadarran umum, dan terrutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin yang melayani. Kesadaran juga membangtu seseorang dalam memahami persoalan yang berhubungan dengan etika dan nilai.
5.    Memiliki sifat persuasive (Persuation)
Karakteristik lain dari pemimpin yang melayani adalah mengandalkan persuasi dalam pengambilan keputusan, bukan posisi sebagai otoritas. Pemimpin ynag melayani  mencoba untuk meyakinkan oranng lain, bukan memaksa oranglain untukk  patuh.
6.    Mampu membuat konsep (conceptualization)
Pemimpin yang melayani mengembangkan kemampuannya untuk “memimpikan hal-hal besar”. Kemampuan untuk melihat permasalahan (atau sebuah organisasi) dari perspektif konseptualisasi berarti bahwa seseorang harus berfikir melebihi realitas sehari-hari. Pemimpin yang melayani menyeimbangkan antara pemikiran konseptual dengan pendekatan dengan focus harian.
7.    Mampu membuat perkiraan yang tepat (Foresight)
Foresight adalah sebuah karakteristik yang memungkinkan pemimpin yang melayani untuk memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini dan kemungkinan konsekuensi dari sebuah keputusan untuk masa depan. Hal ini juga berakar di dalam pikiran intuitif.
8.    Penata layanannya baik (stewardship)
PeterBlock  (dalam Spears 2004) telah mendefinisikan stewardship sebagai “memegang sesuatu yang dipercayakan kepadanya oleh oranglain”. Pemimpin yang melayani, seperti stewardship, mengasumsikan komitmen utama untuk melayani kebutuhan orang lain. Hal ini juga menekankan pada pengguna keterbukaan dan persuasi dibandingkan dengan pengadilan.
9. Memiliki komitmen untuk menghasilkan proses pembelajaran (commitment to the growth of people)
Pemimpin yang melayani percaya bahwa orang lain mempunyai nilai intrinsic melebihi konstribusi nyata mereka sebagai karyawan atau pekerja. Sebagai hasilnya, pemimpin yang melayani berkomitmen secara mendalam pada pengembangan dari masing-masing dan setiap individu dalam institusi. Pemimpin yang melayani menyadari tanggung jawab yang luar biasa untuk melakukan semua hal yamg memungkinkan untuk membantu pembelajaran sumberdaya manusia.
10. Serius dalam upaya pembentukan dan pengembangan komunitas (building community)
Pemimpin yang melayani merasakan bahwa banyak hal yang telah hilang dalam sejarah manusia belakangan ini sebagai hasil dari pergeseran dari komunitas local menjadi institusi besar sebagai pembentuk utama dalam hidup manusia. Hal ini menyebabkan pemimpin yang melayani uuntuk mencoba mmengidentifikasikan beberapa sarana untuk membangun kamunitas di antara mereka yang bekerja di institusi tersebut.
Selain itu Spears juga mengungkapkan indicator tentang pemimpin yang melayani. Indicator ini juga merupakan penambahan dari hasil studi pasca Spears. Indicator tersebut antara lain:
1.    Pemimpin yang melayani menyadari dan menghayati bahwa ia melayani suatu hal yang lebih besar dari dirinya atau organisasinyya.
2.    Pemimpin yang melayani memberikan teladan untuk prilaku dan sikap yang ia ingin hadir dan menjadi bagian utama dari hidup pengikutnya. Jadi ia tidak memaksakan orang untuk mengambil alih suatu   perilaku atau memaksa dengan berbagai hal-hal yang ia inginkan.
3.    Pemimpin yang melayani memiliki pribadi yang otentik yaitu kerendahan hati, dapat diminta pertanggungjawaban, intregitas antara nilai, gambar diri dan ambisinya, serta ia tampil sebagai manusia biasa denggan kelemahannya
4.    Pemimpin yang melayani juga mempersoalkan masalah moral dan berani mengambil resiko dalam menegakkan prinsip etika tertentu.
5.    Pemimpin yang melayani memiliki visi dan mampu memberdayakan orang.
6.    Pemimpin yang melayani mampu memberikan kepercayaan dan pemahaman atas keadaan  pengikutnya.
7.    Pemimpin yang melayani sering bekerja dalam kerangka pikir waktu yang panjang. Ia tidak mengharapkan hasil sppektakuler terlalu cepat karena ia menyadari bahwa untuk menggerakkan dan mentransformasi orang diperlukan waktu yang panjang dan proses yang berkesinambungan.
8.    Pemimpin yang malayani melakukan komunikasi yang proaktif dan bersifat dua arah.
9.    Pemimpin yang melayani juga dapat hidup di tengah perbedaan  pendapat, bahkan ia merasa tidak nyaman bila pendapat, paradigma dan gaya kerja sejenis.
1.        Pemimpin yang melayani memberikan kepercayaan dan wewenang kepada pengikutnya. Ia memiliki gambaran positif, optimis tentang mereka. Ia memberdayakan mereka melalui sharing pengetahuan,skill, dan perspektif.
2.      Pemimpin yang melayani menggunakan persuasi dan logika untuk mempengaruhi orang, selain dengan peneladanan.
3.       Pemimpin yang melayani tidak  berupaya menjadi pahlawan, namun menciptakan  dan melahirkan pahlawan-pahlawan.bahwa pemimpin yang melayani tidak berarti akan menghindar dari masalah atau konflik.
4.          Pemimpin yang melayani mengerjakan banyak hal dan menghindar dari berbagai hal yang lain dapat lakukan. Hal yang terpenting bahwa pemimpin yang melayani tidak berarti akan menghindar dari masalah atau konflik. Ia juga menjadi sosok yang tidak dikendalikan oleh berbagai kelompok yang kuat. Dalam pekerjaan sehari-hari seorang pemimpin yang melayani mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang jadi terinspirasi, terdorong, belajar dan mengabil alih keteladanannya. Pendekatannyabukanlah dengan kekuasaan melainkan   pendekatan hubungan atau relaisional.
Pemimpin Sejati
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari prooses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika kkeberaniannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah  seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari  luar, melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam siri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan social dan bukan bagi negerinya. “I don’t think you have to be waering stars on your shoulders or a title to be leader. Anybody who want to raise his hand can be a leader any time”, dikatakan lugas oleh General Ronal Fogleman, Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya “saya tidak berfikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lain yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu”.
Sring sekali seorang epmimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakaan bahwa merekalah yang melakukan sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximize.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujan (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang peimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari Negara yang rasialis menjadi Negara yang demokratis dan merdeka. Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah apharteid, justru melahirkan perubahan pada diri beliau. Sehingga beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnnya menderita selama bertahun-tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keliar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Empat Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1.    Visioner, yaitu punya tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa para pengikutnya. Tujuan hidup Anda adalah poros hidup Anda, Andy Stanley dalam bukunya visioneering, mmelihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas, kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya menjalankan sebuah kepemimpinan.
2.    Sukses bersama, yaitu membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses bersamanya, pemimpin sejati bekanlah mencari keuntungan atau sukses hanya bagi dirinya sendiri, namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk mendorong orang-orang yang dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.
3.    Mau Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continous), yaitu banyak hal yang harus dipelajari oleh seorang pemimpin jika ia ma uterus survive sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya hati yang mau diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari pengalaman diri dan orang-orang lain adalah penting bagi seorang pemimpin. Memperlengkapi diri dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab dengan para pemimpin akan mendorong skill kepemimpinan akan mengingat.
4.    Mempersiapkan calon-calon pemimpin masa depan, yaitu pemimpin sejati bukanlah orang yang hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi generasi atau saat dia memimpin saja, namun lebih dari itu, dia adalah seorang yang visioner yang mempersiapkan pemimpin baerikutnya barulah dapat disebut seorang Pemimpin Sejati. Di bidang apapun dalam berbagai aspek kkehidupan ini, seorang pemimpin Sejati pasti dikatakan sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.
Ciri Pemimpin Sejati:
1.    Integritas
Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang anda katakana akan anda lakukan. Integritas membuat anda dapat dipercaya. Integritas membuat orang lain mengandalkan anda. Intregitas adalah penepatan janji-janji anda. Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan menggikuti anda adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa anda akan membawa mereka kepada tujuan yang anda janjikan.
2.    Optimisme
Tak ada orng yang mau menjadi pengikut anda bila anda memandang suram masa depan.  Mereka hanya mau mengikuti seseorang yang bisa mmelihat masa depan dan memberitahukan pada mereka bahwa didepan sana terbentang tempat yang lebih baik dan mereka dapat mencapai tempat itu.
3.    Menyukai Perubahan
Pemimpin adalah mreka yang melihat adanya kebutuhan akan perubahan, bahkan mreka bersedia untuk memicu adanya perubahan itu. Sedangkat pengikut lebih suka untuk tinggal di tempat mereka sendiri. Pemimpin melihat adanya kebaikan di balik perubahan dan mengkomunikasinya dengan para pengikut mereka. Jika anda tidak berubah, anda takkan berkembang.
4.    Berani Menghadapi Resiko
Kebanyakan orang menghindari resiko. Padahal, kapanpun kita mencoba sesuatu yang baru, kita harus siap menghadapi rediko. Keberanian untuk mengambil resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat penting. Para pemimpin menghitung resiko dan keuntungan yang ada di balik resiko. Mereka mengkomunikasikannya pada pengikut mereka dan melangkah pada hari esok yang lebih baik.
Kepemimpinan Dan Kearifan Lokal
Kearifan lokal yaitu spirit lokal genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007

BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti Kepala Rumah Tangga, Ketua RT, Pengurus Masjid, Lurah, Camat, apalagi sampai tingkat tinggi seperti anggota Parlemen, Bupati atau Walikota, Gubernur, Menteri, dan Presiden.  Karena itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin, menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar, dan orang-orang yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah kebaikan, tidak layak kita percayakan untuk menjadi pemimpin.
Dari penjelasan diatas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti Kepala Rumah Tangga, Ketua RT, Pengurus Masjid, Lurah, Camat, apalagi sampai tingkat tinggi seperti anggota Parlemen, Bupati atau Walikota, Gubernur, Menteri, dan Presiden.  Karena itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin, menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar, dan orang-orang yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah kebaikan, tidak layak kita percayakan untuk menjadi pemimpin.
Dari pembahasan diatas dapat kita ambil kkesimpulan bahwa seorang pemimpin tidak seharusnya termanjakan untuk pelayanan dari bawahan maupun instansinya.melainkan seorang pemimpin harus melayani bawahannya maupun rakyatnya. Tentunya pimpinan merupakan amanah yang diberikan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas.
          Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keliar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
B.  Saran
Sebagai pemimpin hendaknya bisa menjadi panutan bawahannya, bisa mengayomi anak buahnya, dan tegas dalam menambil keputusan. Jadi pemimpin harus bisa membuat kedepan jauh lebih baik.


BACA JUGA: 
Politik dan Kekuasaan 
Hubungan Masyarakat dan Politik 
Timbal Balik Antara Masyarakat dan Proses Politik

REFERENSI

R. Soewardi Projosapoetro, Komuika si Kepemimpinan, yogyakarta, Nur Cahaya, 1986
R Waye Pace dan Don F. Faules. Komunikasi organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Penerj. Dan Ed. Deddy Mulyana. Bandug : Rosda, 1998.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta , CV. Rajawali, 1986
S. Pauji, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Jakarta, Bina Aksara. 1986
M.T.Myers, dan G.E. Meyrs Teori-teori Manajenen Komukasi. Bahana Aksa, 1987