Baca Juga
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari,masyarakat selalu membutuhkan adanya Pemimpin. Sedangkan
didalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau Kepala Keluarga.
Dan tentunya disebuah Negara ada Presidennya. Ini semua menunjukkan betapa
pentingnya kedudukan Pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang
kecil maupun yang besar.
Dari
pengantar diatas terasa dan terbayang sekali betapa dalam pandangan terhadap
“pemimpin” yang mempunyai kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja
yang menjadi pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan
kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar.
Kegiatan
manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai
usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam
melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak study dan
penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang
menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan.
Belakangan
ini, agar bisa berorientasi pada pelanggan, organisasi membutuhkan pemimpin
yang bersedia melayani. Para pemimpin harus memberikan pelayanan terbaik kepada
para pelanggan internal (para karyawan) sehingga akan berdampak kepada
pelayanan prima yang didemonstrasikan oleh para pelanggan internal kepada para
pelanggan eksternal. Sayangnya gaya kepemimpinan yang melayani kurang diminati
oleh kebanyakan praktisi bisnis. Gaya kepemimpinan yang melayani lebih banyak
digunakan di organisasi sector public dan pemerintah.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana hakikat
menjadi seorang pemimpin?
2.
Adakah
teori-teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
3.
Apa
dan bagaimana
menjadi pemimpin yang melayani?
4.
Apa
dan bagaimana
menjadi pemimpin yang sejati?
5.
Bagaimanakearifan lokal dengan kepemimpinan?
C.
Tujuan
Penulisan
Penulis mempunyai beberapa tujuan dalam pembuatan
dan penulisan makalah
ini. Adapun tujuannya sebagai berikut:
- Untuk mengetahui peran pemimpin.
- Untuk mengetahui seberapa pengaruh kearifan lokal dg kepemimpinan
D.
Manfaat
Penulisan
1. Untuk memberikan informasi tentang pemimpin yang
melayani.
2. Untuk
memberikan informasi tentang pemimpin yang sejati
BAB II
METODE
PENULISAN
A. Metode Penulisan
Metode-metode
yang digunakan
untuk mengumpulkan bahan-bahan dan menyelesaikan makalah ini antara
lain:
1. Metode Pustaka
Metode
penulisan dengan cara membaca buku referensi
di perpustakan kampus dan perpustakaan umum yang ada disekitar.
BAB
III
PEMBAHASAN
Para
pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami Hakikat Kepemimpinan
dalam pandangan yang mendalam sbb:
1.
Tanggung
Jawab, bukan Keistimewaan
Ketika seorang diangkat
atau ditunjuk untuk memimpin suatu Lembaga atau Institusi, maka ia sebenarnya
mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu
mempertanggung jawabkannya. Bukan hanya dihadapan manusia, tapi juga dihadapan
Alloh. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu
keistimewaan, sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi
manusia yang istimewa sehingga
ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak
mengistimewakan dirinya.
2.
Pengorbanan,
Bukan Fasilitas
Menjadi Pemimpin atau
Pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan
berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau
berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang
dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Karena itu menjadi
terasa aneh bila dalam Anggaran Belanja Negara atau Propinsi dan
tingkatan yang dibawahnyna terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta
untuk membeli pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian
dengan harga yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi
pemimpin atau pejabat.
3.
Kerja
Keras, bukan Santai
Para pemimpin mendapat
tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan
yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan
kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta
mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja
keras dengan penuh kesungguhan dan optimis.
4.
Melayani,
bukan Sewenang-wenang
Pemimpin adalah pelayan
bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti
mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan
pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya. Oleh karena itu, setiap
pemimpin harus mempunyai visi-misi pelayanan terhadap orang-orang yang
dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tiidak ada
keinginan sedikitpun untuk membohongi rakyatnya, apalagi menjual rakyat,
berbicara atas nama rakyat, atau kepenntingan rakyat, padahal sebenarnya untuk
kepentingan diri, keluarga, atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat
dalm kehidupan kita, maka ini adalah penghianat yang paling besar.
5.
Keteladanan
dan Kepeloporan, bukan Pengekor
Dalam
segala
bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor,
bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai
kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran
kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika
ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan,
bukanlah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa
menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.
Teori
kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan
konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis,
sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin,
tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Teori
kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi
mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara
lain:
a) Latar
belakang sejarah Pemimpin dan kepemimpinan
Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban
manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa.
b) Sebab-sebab
munculnya pemimpin
Ada beberapa sebab seorang menjadi pemimpin, antara
lain
a. Seseorang
ditakdirkan lahir untuk menjadi seorang pemimpin.
Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan
dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang
menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan, kemudian
dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan
lingkungan.
Teori-teori
dalam kepemimpinan pada umumnya menunjukkan perbedaan karena setiap
teoritikus mempunyai segi penekanannya sendiri yang dipandang dari aspek
tertentu.
Berikut
dibawah ini merupakan Teori-Teori dalam Kepemimpinan:
1.
Teori
Sifat
Teori ini bertolak dari
dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar
pemikiran tersebut, timbul anggapab bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang
berhasil, sangat diitentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseoranga dengan berbagai sifat,
perangai atau ciri-ciri didalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki
pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
- Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatism, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan
- Sifat Inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi,naluri lerevensi, keteladanan,ketegasan,keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integrative;
- Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, ketrampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun
Teori Sifat memiliki barbagai kelemahan ( antara lain: terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah uno,, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung di dalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, cirri atau perangai pemimpin justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2.
Teori
Perilaku
Dasar pemikiran teori
ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan
kegiatan pengarahan suatu kelompok kea rah pencapaian tujuan. Dalam hal
ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a.
Konsiderasi
dan struktur inisiasi
Perilaku seorang
pemimpin yang cenderunbg mementingkan bawahan memiliki cirri ramah-tamah, mau
berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkkan, menerima usul, dan memikirkan
kesejahteraan bawahan, serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu
terdapat pela kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas
organisasi.
b.
Berorientasi
keppada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang
berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin
menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua, yaitu berorientasi
kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan,
perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi, yaitu perhatiannya
terhadap hasil/tugas terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku
pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan.
3.
Teori
Situasional
Keberhasilan seorang
pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh cirri kepemimpinan dengan
perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan
situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan factor waktu dan
ruang. Factor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
a) Jenis
pekerjaan dan kompleksitas tugas;
b) Bentuk
dan sifat teknologi yang digunakan;
c) Persepsi,
sikap dan gaya kepemimpinan;
d) Norma
yang dianut kelompok;
e) Rentang
kendali;
f) Ancaman
dari luar organisasi;
g) Tingkat
stress;
h) Iklim
yang terdapat pada organisasi
Efektifitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan siri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu.
Sehubungan
dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a.
Model
Continuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku
kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang
dihaddapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus
diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya
otokratik akan mengambil keputusan sendiri, cirri kepemimpinan yang menonjol
ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.
Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk
berpartisipasi. Cirri kepemimpinan yang menonjol disini adalah menjadi
pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan
kebutuhan bawahan.
b.
Model
“Interaksi Atasan-Bawahan” .
Menurut model ini, efektifitas
kepemimpinan seseorang tergantung pada interakksi yang terjadi
antara pemimpin dan bawahannya dan sejauh mana interaksi tersebut
mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seseorang akan menjadi
Pemimpin yang efektif apabila:
- Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik
- Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi.
- Posisi
kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c.
Model
Situasional
Model ini menekankan bahwa
efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan
yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa
bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku
pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan
atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat
digunakan adalah:
a) Memberitahukan
b) Menjual
c) Mengajak
bawahan berperan serta
d) Melakukan
pendelegasian
d.
Model
“Jalan-Tujuan”
Seorang pemimpin yang
efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu mneunjukkan jalan yang
dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut
yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin
kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan
hal tersebut harus merupakan factor motivasional bagi bawahannya.
e.
Model
“Pemimpin-Peran sera Bawahan”
Perhatian utama model
ini adalah prilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputuusan.
Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya.
Salah
satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian
ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukkan bentuk dan tingkat
pperan serta bawahan dalam mengambil keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta
bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang
ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
Pemimpin yang Melayani
Menurut
teori tentang memimpin yang melayani dimulai sejak tahun 1970, ketika
R.K.Greenleaf (1904-1990) menulis sebuah essay yang berjudul “The Servant as
Leader”. Essay tersebut dikembangkan oleh Greenleaf menjadi sebuah buku yang
diterbitkan tahun 1977 berjudul “Servant Leadership: A Journey into the Nature
of Legitimate Power and Greatness”. Ide mengenai pemimpin yang melayani ini
diperoleh Greenleaf tahun 1960-an ketika membaca novel karya Herman
Hessee,”Journey to the East”.
Greenleaf
(2000) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan alami
untuk melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran seseorang ingin
memimpin. Greenleaf (2002) mendifinisikan pemimpin yangn melayani adalah seorang
pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhann dan dinamika kehidupan pengikut,
dirinya dann komunitasnya dan karenanya ia mensahulukan hal-hal tersebut
dibandingkan dengan pencapaian ambisi pribadi atau pola dan kesukaannya saja.
Impiannya
ialah agar orang yang dilayani tadi akan menjadi pemimpin yang melayani juga.
Greenleaf (2002) menekankan, bila seseorang ingin menjadi pemimpin yang
efeketif dan berhasil, ia harus lebih dulu memiliki motivasi dan hasrat yang
besar untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dalam hal ini, pemimpin harus mampu
mendorong pengikutnya untuk mnecapai potensi optimalnya.
Menurut
Larry C. Spears (1995), mengacu pada pemikiran Greenleaf, terdapat
karakteristik seorang pemimpin maupun calon pemimpin yang ditunjukkan dari
sikap dan perilaku pemimpin tersebut, yang dipaparkkan pada list berikut :
1.
Kesediaan
untuk menyimak ( Listening)
Biasanya seorang
pemimpin dinilai berdasarkan kemampuannya dalam berkomunikasi dan mengambil
keputusan. Kemampuan ini juga penting bagi pemimpin yang melayani, pemimpin ini
perlu dikuatkan dengan komitmen yang kuat untuk mendengarkan orang lain dengan
sungguh-sungguh. Pemimpin yang melayani mencoba untuk mengidentifikasikan
keinginan dari sebuah kelompok dan membantu mengklasifikasikan keinginan
tersebut, dengan cara menyimak.
2.
Kuat
dalam Empati (Empathy)
Pemimpin yang melayani
berusaha untuk mengerti dan berempati dengan oranglain. Manusia perlu untuk
merasa diterima dan diakui atas semangat mereka yang khusus dan unik.
3.
Melakukan
pemulihan-pemulihan (Healing)
Salah satu kekuatan
terbesar seorang pemimpin yang melayani adalah kemampuannya untuk
melakukan pemulihan bagi dirnya sendiri maupun orang lain.
4.
Penyadaran/peningkatan
kesadaran (awareness)
Kesadarran umum, dan
terrutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin yang melayani. Kesadaran juga
membangtu seseorang dalam memahami persoalan yang berhubungan dengan etika dan
nilai.
5.
Memiliki
sifat persuasive (Persuation)
Karakteristik lain dari
pemimpin yang melayani adalah mengandalkan persuasi dalam pengambilan
keputusan, bukan posisi sebagai otoritas. Pemimpin ynag melayani mencoba
untuk meyakinkan oranng lain, bukan memaksa oranglain untukk patuh.
6.
Mampu
membuat konsep (conceptualization)
Pemimpin yang melayani
mengembangkan kemampuannya untuk “memimpikan hal-hal besar”. Kemampuan untuk
melihat permasalahan (atau sebuah organisasi) dari perspektif konseptualisasi
berarti bahwa seseorang harus berfikir melebihi realitas sehari-hari. Pemimpin
yang melayani menyeimbangkan antara pemikiran konseptual dengan pendekatan
dengan focus harian.
7.
Mampu
membuat perkiraan yang tepat (Foresight)
Foresight adalah sebuah
karakteristik yang memungkinkan pemimpin yang melayani untuk memahami pelajaran
dari masa lalu, realitas saat ini dan kemungkinan konsekuensi dari sebuah
keputusan untuk masa depan. Hal ini juga berakar di dalam pikiran intuitif.
8.
Penata
layanannya baik (stewardship)
PeterBlock (dalam
Spears 2004) telah mendefinisikan stewardship sebagai “memegang sesuatu yang
dipercayakan kepadanya oleh oranglain”. Pemimpin yang melayani, seperti
stewardship, mengasumsikan komitmen utama untuk melayani kebutuhan orang lain.
Hal ini juga menekankan pada pengguna keterbukaan dan persuasi dibandingkan
dengan pengadilan.
9. Memiliki
komitmen untuk menghasilkan proses pembelajaran (commitment to the growth of
people)
Pemimpin yang melayani
percaya bahwa orang lain mempunyai nilai intrinsic melebihi konstribusi nyata
mereka sebagai karyawan atau pekerja. Sebagai hasilnya, pemimpin yang melayani
berkomitmen secara mendalam pada pengembangan dari masing-masing dan setiap
individu dalam institusi. Pemimpin yang melayani menyadari tanggung jawab yang
luar biasa untuk melakukan semua hal yamg memungkinkan untuk membantu
pembelajaran sumberdaya manusia.
10. Serius
dalam upaya pembentukan dan pengembangan komunitas (building community)
Pemimpin
yang melayani merasakan bahwa banyak hal yang telah hilang dalam sejarah
manusia belakangan ini sebagai hasil dari pergeseran dari komunitas local
menjadi institusi besar sebagai pembentuk utama dalam hidup manusia. Hal ini
menyebabkan pemimpin yang melayani uuntuk mencoba mmengidentifikasikan beberapa
sarana untuk membangun kamunitas di antara mereka yang bekerja di institusi
tersebut.
Selain
itu Spears juga mengungkapkan indicator tentang pemimpin yang melayani.
Indicator ini juga merupakan penambahan dari hasil studi pasca Spears.
Indicator tersebut antara lain:
1. Pemimpin
yang melayani menyadari dan menghayati bahwa ia melayani suatu hal yang lebih
besar dari dirinya atau organisasinyya.
2. Pemimpin
yang melayani memberikan teladan untuk prilaku dan sikap yang ia ingin hadir
dan menjadi bagian utama dari hidup pengikutnya. Jadi ia tidak memaksakan orang untuk mengambil alih
suatu perilaku atau memaksa dengan berbagai hal-hal yang ia
inginkan.
3. Pemimpin
yang melayani memiliki pribadi yang otentik yaitu kerendahan hati, dapat
diminta pertanggungjawaban, intregitas antara nilai, gambar diri dan ambisinya,
serta ia tampil sebagai manusia biasa denggan kelemahannya
4. Pemimpin
yang melayani juga mempersoalkan masalah moral dan berani mengambil resiko
dalam menegakkan prinsip etika tertentu.
5. Pemimpin
yang melayani memiliki visi dan mampu memberdayakan orang.
6. Pemimpin
yang melayani mampu memberikan kepercayaan dan pemahaman atas keadaan
pengikutnya.
7. Pemimpin
yang melayani sering bekerja dalam kerangka pikir waktu yang panjang. Ia tidak
mengharapkan hasil sppektakuler terlalu cepat karena ia menyadari bahwa untuk
menggerakkan dan mentransformasi orang diperlukan waktu yang panjang dan proses
yang berkesinambungan.
8. Pemimpin
yang malayani melakukan komunikasi yang proaktif dan bersifat dua arah.
9. Pemimpin
yang melayani juga dapat hidup di tengah perbedaan pendapat, bahkan ia
merasa tidak nyaman bila pendapat, paradigma dan gaya kerja sejenis.
1. Pemimpin
yang melayani memberikan kepercayaan dan wewenang kepada pengikutnya. Ia
memiliki gambaran positif, optimis tentang mereka. Ia memberdayakan mereka
melalui sharing pengetahuan,skill, dan perspektif.
2. Pemimpin
yang melayani menggunakan persuasi dan logika untuk mempengaruhi orang, selain
dengan peneladanan.
3. Pemimpin
yang melayani tidak berupaya menjadi pahlawan, namun menciptakan
dan melahirkan pahlawan-pahlawan.bahwa pemimpin yang melayani tidak berarti
akan menghindar dari masalah atau konflik.
4. Pemimpin
yang melayani mengerjakan banyak hal dan menghindar dari berbagai hal yang lain
dapat lakukan. Hal yang terpenting bahwa pemimpin yang melayani tidak berarti
akan menghindar dari masalah atau konflik. Ia juga menjadi sosok yang tidak
dikendalikan oleh berbagai kelompok yang kuat. Dalam pekerjaan sehari-hari
seorang pemimpin yang melayani mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang
jadi terinspirasi, terdorong, belajar dan mengabil alih keteladanannya.
Pendekatannyabukanlah dengan kekuasaan melainkan pendekatan
hubungan atau relaisional.
Pemimpin
Sejati
Kepemimpinan
adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari prooses perubahan
karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan
dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika
terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika kkeberaniannya mendorong perubahan dalam
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.
Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar,
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam siri seseorang.
Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan
adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang
untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi
lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan social dan bukan bagi negerinya.
“I don’t think you have to be waering stars on your shoulders or a title to be
leader. Anybody who want to raise his hand can be a leader any time”, dikatakan
lugas oleh General Ronal Fogleman, Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang
artinya “saya tidak berfikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah
gelar pemimpin. Orang lain yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin
di lain waktu”.
Sring
sekali seorang epmimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota
tim akan mengatakaan bahwa merekalah yang melakukan sendiri. Pemimpin sejati
adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan
maximize.
Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujan
(honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan
dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang peimpin. Justru
kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati
(humble).
Pelajaran
mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah
hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari Negara yang rasialis menjadi Negara yang demokratis dan merdeka.
Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah apharteid, justru melahirkan
perubahan pada diri beliau. Sehingga beliau menjadi manusia yang rendah hati
dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnnya menderita selama
bertahun-tahun.
Seperti
yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keliar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin
sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan
hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan
tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi
pemimpin sejati.
Empat
Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1. Visioner,
yaitu punya tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa para
pengikutnya. Tujuan hidup Anda adalah poros hidup Anda, Andy Stanley dalam
bukunya visioneering, mmelihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas,
kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya menjalankan
sebuah kepemimpinan.
2. Sukses
bersama, yaitu membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses bersamanya,
pemimpin sejati bekanlah mencari keuntungan atau sukses hanya bagi dirinya
sendiri, namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk mendorong
orang-orang yang dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.
3. Mau
Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continous), yaitu banyak
hal yang harus dipelajari oleh seorang pemimpin jika ia ma uterus survive
sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya hati yang mau diajar
baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari pengalaman diri dan
orang-orang lain adalah penting bagi seorang pemimpin. Memperlengkapi diri
dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab
dengan para pemimpin akan mendorong skill kepemimpinan akan mengingat.
4. Mempersiapkan
calon-calon pemimpin masa depan, yaitu pemimpin sejati bukanlah orang yang
hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi generasi
atau saat dia memimpin saja, namun lebih dari itu, dia adalah seorang yang
visioner yang mempersiapkan pemimpin baerikutnya barulah dapat disebut seorang
Pemimpin Sejati. Di bidang apapun dalam berbagai aspek kkehidupan ini, seorang
pemimpin Sejati pasti dikatakan sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin
muda lainnya.
Ciri
Pemimpin Sejati:
1.
Integritas
Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang anda
katakana akan anda lakukan. Integritas membuat anda dapat dipercaya. Integritas
membuat orang lain mengandalkan anda. Intregitas adalah penepatan janji-janji
anda. Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan menggikuti anda adalah
bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa anda akan membawa mereka kepada
tujuan yang anda janjikan.
2.
Optimisme
Tak ada orng yang mau menjadi pengikut anda bila
anda memandang suram masa depan. Mereka hanya mau mengikuti seseorang
yang bisa mmelihat masa depan dan memberitahukan pada mereka bahwa didepan sana
terbentang tempat yang lebih baik dan mereka dapat mencapai tempat itu.
3.
Menyukai
Perubahan
Pemimpin adalah mreka yang melihat adanya kebutuhan
akan perubahan, bahkan mreka bersedia untuk memicu adanya perubahan itu.
Sedangkat pengikut lebih suka untuk tinggal di tempat mereka sendiri. Pemimpin
melihat adanya kebaikan di balik perubahan dan mengkomunikasinya dengan para
pengikut mereka. Jika anda tidak berubah, anda takkan berkembang.
4.
Berani
Menghadapi Resiko
Kebanyakan orang menghindari resiko. Padahal,
kapanpun kita mencoba sesuatu yang baru, kita harus siap menghadapi rediko.
Keberanian untuk mengambil resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat
penting. Para pemimpin menghitung resiko dan keuntungan yang ada di balik resiko.
Mereka mengkomunikasikannya pada pengikut mereka dan melangkah pada hari esok
yang lebih baik.
Kepemimpinan Dan Kearifan Lokal
Kearifan lokal yaitu spirit lokal genius yang disepadankan
maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan
kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian
masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya
selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang (harmonis).
Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh
pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang
dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari
masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang
muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan
mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam
kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat ditanggulangi
dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang
di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi
banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat
tidak menguntungkan. Masalah ini
haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur
lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak
berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong –
gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai
pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan
sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan
tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik
bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan pemimpin bagi
suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah memilih pemimpin, baik
dalam tingkatan yang paling rendah seperti Kepala Rumah Tangga, Ketua RT,
Pengurus Masjid, Lurah, Camat, apalagi sampai tingkat tinggi seperti anggota
Parlemen, Bupati atau Walikota, Gubernur, Menteri, dan Presiden. Karena
itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin, menyalahgunakan
kepemimpinan untuk misi yang tidak benar, dan orang-orang yang kita ragukan
untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah kebaikan, tidak layak kita percayakan
untuk menjadi pemimpin.
Dari
penjelasan diatas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan pemimpin bagi
suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah memilih pemimpin, baik
dalam tingkatan yang paling rendah seperti Kepala Rumah Tangga, Ketua RT,
Pengurus Masjid, Lurah, Camat, apalagi sampai tingkat tinggi seperti anggota
Parlemen, Bupati atau Walikota, Gubernur, Menteri, dan Presiden. Karena
itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin, menyalahgunakan
kepemimpinan untuk misi yang tidak benar, dan orang-orang yang kita ragukan
untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah kebaikan, tidak layak kita
percayakan untuk menjadi pemimpin.
Dari
pembahasan diatas dapat kita ambil kkesimpulan bahwa seorang pemimpin tidak
seharusnya termanjakan untuk pelayanan dari bawahan maupun
instansinya.melainkan seorang pemimpin harus melayani bawahannya maupun
rakyatnya. Tentunya pimpinan merupakan amanah yang diberikan untuk memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat luas.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keliar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin
sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan
hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan
tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi
pemimpin sejati.
B.
Saran
Sebagai pemimpin hendaknya bisa menjadi panutan
bawahannya, bisa mengayomi anak buahnya, dan tegas
dalam menambil keputusan. Jadi pemimpin harus
bisa membuat kedepan jauh lebih
baik.
BACA JUGA:
Politik dan Kekuasaan
Hubungan Masyarakat dan Politik
Timbal Balik Antara Masyarakat dan Proses Politik
BACA JUGA:
Politik dan Kekuasaan
Hubungan Masyarakat dan Politik
Timbal Balik Antara Masyarakat dan Proses Politik
REFERENSI
R.
Soewardi Projosapoetro, Komuika si Kepemimpinan, yogyakarta, Nur Cahaya,
1986
R
Waye Pace dan Don F. Faules. Komunikasi organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan. Penerj. Dan Ed. Deddy Mulyana. Bandug : Rosda, 1998.
Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta , CV. Rajawali, 1986
S.
Pauji, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Jakarta, Bina Aksara.
1986
M.T.Myers, dan G.E. Meyrs Teori-teori
Manajenen Komukasi. Bahana Aksa, 1987